Tulisan ini terinspirasi dari Pandji Pragiwaksono, ketika mendengar dia siaran semalam (04/02/2010) di Hardrock FM. Cuma sebentar mendengarnya, tapi cukup dijadikan bahan renungan. Pandji mengungkapkan tentang beberapa tokoh nasional yang menjadi tonggak sejarah perjalanan bangsa Indonesia, sehingga menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Peranan para tokoh itu sebenarnya sangat sederhana, tapi memiliki dampak yang sangat besar bagi negeri ini.
Contohnya, Wage Rudolf Soepratman menciptakan lagu “Indonesia Raya” di tahun 1924 pada usia 21 tahun. Kemudian lagu ini diperdengarkan ketika Kongres Pemuda II tahun 1928. Dan sekarang lagu itu menjadi lagu kebangsaan kita.
Moehammad Yamin menulis teks “Sumpah Pemuda” tahun 1928 pada usia 25 tahun, dan “Sumpah Pemuda” menjadi peristiwa fenomenal bagi bangkitnya semangat kepemudaan untuk bersatu melawan penjajahan Belanda pada waktu itu. Semangat Sumpah Pemuda terus berkumandang hingga saat ini.
Dr. Soetomo mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada usia 20 tahun. Organisasi ini merupakan organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia, dan menginspirasi pemuda-pemuda lain untuk mendirikan organisasi sejenis dalam melawan penjajah.
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara, menulis "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik eens Nederlander was") pada usia 24 tahun. Tulisan beliau ini dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Ernest Douwes Dekker tahun 1913. Tulisan ini dibuat Ki Hadjar Dewantara untuk mengkritik pemerintah Hindia Belanda yang berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913. Tulisan ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda dan seperti menampar muka Pemerintah Hindia Belanda saat itu. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri).
Mendengar ungkapan Pandji di atas membuat aku malu sendiri. Dulu, ketika mahasiswa, aku tak begitu banyak melakukan sesuatu yang berarti bagi negeri ini, jangankan membuat hal-hal yang spektakuler buat diri sendiri, buat orang banyak saja hampir tak pernah. Aku termasuk orang yang gagal di masa muda dulu, ada rasa penyesalan juga, tapi wis-lah kata orang Jawa, nasi sudah menjadi bubur (meski bubur masih enak dimakan). Paling nanti aku menjadi motivator buat anak-anakku supaya jangan seperti Bapaknya, piiis.
Contohnya, Wage Rudolf Soepratman menciptakan lagu “Indonesia Raya” di tahun 1924 pada usia 21 tahun. Kemudian lagu ini diperdengarkan ketika Kongres Pemuda II tahun 1928. Dan sekarang lagu itu menjadi lagu kebangsaan kita.
Moehammad Yamin menulis teks “Sumpah Pemuda” tahun 1928 pada usia 25 tahun, dan “Sumpah Pemuda” menjadi peristiwa fenomenal bagi bangkitnya semangat kepemudaan untuk bersatu melawan penjajahan Belanda pada waktu itu. Semangat Sumpah Pemuda terus berkumandang hingga saat ini.
Dr. Soetomo mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada usia 20 tahun. Organisasi ini merupakan organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia, dan menginspirasi pemuda-pemuda lain untuk mendirikan organisasi sejenis dalam melawan penjajah.
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara, menulis "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik eens Nederlander was") pada usia 24 tahun. Tulisan beliau ini dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Ernest Douwes Dekker tahun 1913. Tulisan ini dibuat Ki Hadjar Dewantara untuk mengkritik pemerintah Hindia Belanda yang berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913. Tulisan ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda dan seperti menampar muka Pemerintah Hindia Belanda saat itu. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri).
Mendengar ungkapan Pandji di atas membuat aku malu sendiri. Dulu, ketika mahasiswa, aku tak begitu banyak melakukan sesuatu yang berarti bagi negeri ini, jangankan membuat hal-hal yang spektakuler buat diri sendiri, buat orang banyak saja hampir tak pernah. Aku termasuk orang yang gagal di masa muda dulu, ada rasa penyesalan juga, tapi wis-lah kata orang Jawa, nasi sudah menjadi bubur (meski bubur masih enak dimakan). Paling nanti aku menjadi motivator buat anak-anakku supaya jangan seperti Bapaknya, piiis.
2 comments:
Di...di....koq menyalahkan masa muda..........enlightment bisa datang kapan saja...... kebetulan untuk dirimu mungkin agak telat. tapi jangan khawatir kawan.........tulisanmu tentang mengapa aku berbelanja di koperasi (aku belum baca sih)itu cukup menarik mungkin bisa jadi inspirasimu untuk membuat yang lebih besar. Jangan kau bayangkan membuat sesuatu yang besar, masih ingatkan biasanya mulai dari yang kecil (kecuali balo ledzeplin) kalo gak salah sih langsung mulai segede gitu. Kenapa koperasi? kalau dirimu liat ke daerah-daerah terasa sekali bagaimana perusahaan keep going become greedy capitalist..........koperasi....cita2 ekonomi hatta yang telah terdistorsi yang perlu pelurusan. Teriangat perkataan seseorang ketika ia berkunjung ke negeri skandinavia, seorang profesor menegur dirinya ketika ia sedang nenteng kekantong makanan (mungkin burger)bertulisan Mc D. kata profesor itu "seharusnya anda membeli diseblah sana" seraya menunjuk gerai fastfood sejenis, "itu punya kita!!" lanjut sang profesor. Profesor terbut memang sempat akrab selama beberapa hari di sana karena sebuah konferensi pemuda sosialist. selidik punya selidik gerai fast food tersebut ternyata milik koperasi yang sekarang besar menjadi Union Bank. Terjemahkan sendiri ya maknanya ya di..........saat ini perubahan perilaku yang menjadi PR kita, mungkin bisa jadi inspirasi berikutnya.
Thx sob, your my inspiration
Post a Comment