Kisahnya berawal dari pertemanan mereka sebagai saudara sepupu. Si perempuan merupakan pariban atau boru tulang si laki-laki. Cinta mereka bersemi ketika masing-masing menginjak usia remaja. Benih-benih cinta itu mulai tumbuh tatkala keduanya sering berkirim kabar melalui surat yang disampaikan Pak Pos, karena mereka dipisah oleh jarak selama 12 jam perjalanan jika ditempuh oleh bis. Kala itu belum dikenal hape, sms, apalagi fesbuk.
Jadi, cinta mereka tak tumbuh secara instan seperti halnya zaman fesbuk ini. Benih-benih cinta mereka tumbuh melalui rangkaian kata-kata yang disemai di atas lembaran-lembaran kertas, yang mereka tulis berkali-kali. Mungkin jika disatukan lembaran-lembaran itu akan terangkai menjadi sebuah novel cinta yang tak akan habis dibaca.
Sayangnya, cinta mereka tak mendapat restu dari orang tua si perempuan, yang punya derajat lebih tinggi ketimbang orang tua si laki-laki. Cinta mereka pun kandas, hubungan mereka hanya sebatas persaudaraan tanpa embel-embel cinta, apalagi kasih. Waktu pun terus berlalu, benih cinta yang telah mereka semai terbang diterpa angin, dan pergi entah kemana. Masing-masing berusaha melupakan cintanya, meski satu benih masih tertanam di hati mereka.
Ketika usia mereka menanjak semakin dewasa, si perempuan berkenalan dengan laki-laki lain, punya masa depan cerah, calon pemimpin bangsa, tegas berwibawa sesuai dengan atribut angkatan yang dia sandang. Begitu pula dengan sang laki-laki, dia berkenalan dengan seorang perempuan cerdas, cantik, berkulit putih, dan mandiri.
Akhirnya, mereka pun mengucapkan ijab kabul dengan pasangan masing-masing, yang menjadi pilihan hatinya. Awalnya mereka bahagia dengan pasangan masing-masing. Si perempuan dikaruniai seorang putra, dan si laki-laki dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Ternyata dalam perjalanan rumah tangga mereka, banyak kendala yang harus mereka hadapi. Watak asli pasangan yang mereka pilih mulai terkuak boroknya. Suami si perempuan doyan main wanita, dan cenderung tak peduli dengan si perempuan, apalagi si perempuan tak bakal bisa menghadirkan anak lagi akibat penyakit rahim yang dideritanya.
Demikian pula dengan si laki-laki, istrinya doyan clubbing, main pria, tak peduli sama anak-anaknya, dan cenderung menyalahkan si laki-laki yang tak mampu menyediakan materi yang cukup bagi dia sebagai istrinya.
Puncaknya, si istri minta cerai meski si laki-laki mati-matian mempertahankan perkawinannya hingga berurai air mata. Namun apa daya, talak pun terpaksa dilayangkan pada istrinya meski itu bukan kemauan si laki-laki, tapi atas paksaan istrinya. Si laki-laki pun resmi berstatus duda dengan tanggungan dua anak yang masih kecil-kecil. Si perempuan pun demikian, meski berusaha sebisa mungkin mempertahankan mahligai rumah tangganya, namun tabiat si suami tak bisa berubah. Sang suami pun menjatuhkan talak pada si perempuan atas permintaan si perempuan sendiri. Si perempuan pun resmi menyandang status janda dengan tanggungan satu anak.
Kini di zaman fesbuk ini, satu benih yang tertanam di hati mereka mulai bersemi kembali, seharian ini mereka menghabiskan waktu untuk berkirim kabar. Namun teknologi yang dipakai berbeda jauh dengan yang mereka pakai 25 tahun yang lalu. Cukup dengan mengetik pesan beberapa bait kalimat, pesan itu akan sampai dalam hitungan detik. Akankah cinta lama akan bersemi kembali di antara mereka, only God knows.
Jadi, cinta mereka tak tumbuh secara instan seperti halnya zaman fesbuk ini. Benih-benih cinta mereka tumbuh melalui rangkaian kata-kata yang disemai di atas lembaran-lembaran kertas, yang mereka tulis berkali-kali. Mungkin jika disatukan lembaran-lembaran itu akan terangkai menjadi sebuah novel cinta yang tak akan habis dibaca.
Sayangnya, cinta mereka tak mendapat restu dari orang tua si perempuan, yang punya derajat lebih tinggi ketimbang orang tua si laki-laki. Cinta mereka pun kandas, hubungan mereka hanya sebatas persaudaraan tanpa embel-embel cinta, apalagi kasih. Waktu pun terus berlalu, benih cinta yang telah mereka semai terbang diterpa angin, dan pergi entah kemana. Masing-masing berusaha melupakan cintanya, meski satu benih masih tertanam di hati mereka.
Ketika usia mereka menanjak semakin dewasa, si perempuan berkenalan dengan laki-laki lain, punya masa depan cerah, calon pemimpin bangsa, tegas berwibawa sesuai dengan atribut angkatan yang dia sandang. Begitu pula dengan sang laki-laki, dia berkenalan dengan seorang perempuan cerdas, cantik, berkulit putih, dan mandiri.
Akhirnya, mereka pun mengucapkan ijab kabul dengan pasangan masing-masing, yang menjadi pilihan hatinya. Awalnya mereka bahagia dengan pasangan masing-masing. Si perempuan dikaruniai seorang putra, dan si laki-laki dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Ternyata dalam perjalanan rumah tangga mereka, banyak kendala yang harus mereka hadapi. Watak asli pasangan yang mereka pilih mulai terkuak boroknya. Suami si perempuan doyan main wanita, dan cenderung tak peduli dengan si perempuan, apalagi si perempuan tak bakal bisa menghadirkan anak lagi akibat penyakit rahim yang dideritanya.
Demikian pula dengan si laki-laki, istrinya doyan clubbing, main pria, tak peduli sama anak-anaknya, dan cenderung menyalahkan si laki-laki yang tak mampu menyediakan materi yang cukup bagi dia sebagai istrinya.
Puncaknya, si istri minta cerai meski si laki-laki mati-matian mempertahankan perkawinannya hingga berurai air mata. Namun apa daya, talak pun terpaksa dilayangkan pada istrinya meski itu bukan kemauan si laki-laki, tapi atas paksaan istrinya. Si laki-laki pun resmi berstatus duda dengan tanggungan dua anak yang masih kecil-kecil. Si perempuan pun demikian, meski berusaha sebisa mungkin mempertahankan mahligai rumah tangganya, namun tabiat si suami tak bisa berubah. Sang suami pun menjatuhkan talak pada si perempuan atas permintaan si perempuan sendiri. Si perempuan pun resmi menyandang status janda dengan tanggungan satu anak.
Kini di zaman fesbuk ini, satu benih yang tertanam di hati mereka mulai bersemi kembali, seharian ini mereka menghabiskan waktu untuk berkirim kabar. Namun teknologi yang dipakai berbeda jauh dengan yang mereka pakai 25 tahun yang lalu. Cukup dengan mengetik pesan beberapa bait kalimat, pesan itu akan sampai dalam hitungan detik. Akankah cinta lama akan bersemi kembali di antara mereka, only God knows.
*CLBK: Cinta Lama Bersemi Kembali
0 comments:
Post a Comment