Indonesia kini tak lagi dikenal sebagai negeri maritim, atau negeri bahari, atau negeri agraris, tapi lebih dikenal sebagai negeri tembakau, atau ngetrend-nya negeri sejuta rokok. Baru-baru ini Indonesia dinobatkan sebagai negeri dengan jumlah pabrik rokok terbanyak di dunia. Paling tidak kita punya sedikitnya 3.800 pabrik rokok, mulai dari kelas rumahan hingga kelas pabrikan yang super gede. Sekitar 3.000 pabrik rokok ada di dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dua daerah itu juga termasuk sebagai penghasil tembakau terbesar di Jawa maupun secara nasional. Sedang sisanya menyebar di seluruh Indonesia. Bisa dibayangkan berapa juta batang rokok yang diproduksi setiap tahunnya.
Pendapatan cukai dari produksi seluruh pabrik rokok berdasarkan tingkat produksi totalnya sepanjang tahun lalu mampu menghasilkan Rp 56,4 triliun sebagai penerimaan negara. Kondisi itu hanya kalah dari penerimaan yang diperoleh negara dari pajak PPN sebesar Rp 700 triliun. Jumlah itu juga jauh lebih besar daripada cukai minuman beralkohol yang besarnya Rp 1 triliun. Jadi tak heran kenapa Pemerintah jadi setengah hati membebaskan rakyatnya dari rokok, meskipun secara jelas dan nyata rokok itu sangat merugikan kesehatan (baik yang perokok maupun yang bukan perokok). Ironisnya, tahun ini pemerintah menargetkan penerimaan negara dari pita cukai rokok adalah Rp 57,2 triliun (Kompas.com-Kamis, 14 Januari 2010).
So, rasanya percuma kampanye anti rokok didengung-dengungkan jika dukungan dari pemerintah masih setengah hati seperti itu. Kalau berharap dari kesadaran masyarakat sangat mustahil diharapkan. Selama biangnya belum dibasmi, masyarakat tak bakalan bebas dari rokok, kecuali pemerintah mengenakan tarif cukai yang demikian tinggi sehingga harga rokok menjadi super mahal, tapi mungkinkah?
0 comments:
Post a Comment