Friday, April 16, 2010

KANTUNG MATA PAK SBY

Kantung mata Pak SBY makin tebal, ini kulihat di televisi kemarin malam ketika beliau menggelar jumpa pers untuk menanggapi bentrokan berdarah di Tanjung Priok. Pak SBY sepertinya kurang cukup tidur, banyak persoalan bangsa yang harus diselesaikan dan beliau pikirkan, waktu 24 jam pun tak cukup baginya. Belum selesai masalah yang satu, datang pula masalah lain. Semua masalah menari-nari di depan Pak SBY dan membuat kegaduhan, bising, semuanya teriak minta diselesaikan, dan makin membuat beliau tak bisa tidur.


Apa daya, Pak SBY hanya manusia biasa, tangan cuma dua, otak cuma satu, menambahkan prosessor di kepala beliau juga sudah tak mungkin, apalagi yang secanggih Intel Core i7 yang serba multitasking dan cepat. Beliau membutuhkan pendamping-pendamping yang fresh, penuh semangat, muda, cerdas, jujur, tidak korup, dan memiliki idealisme yang tinggi untuk kemajuan bangsa dan negara yang bernama Indonesia ini. Sayangnya, orang-orang yang memiliki integritas seperti itu masih bisa dihitung dengan jari, dan masih di awang-awang.

Melihat kantung mata Pak SBY makin tebal, aku jadi mikir, menjadi kepala negara itu sama tak nyamannya seperti tidur di atas kasur tebal empuk tapi ditaburi kerikil-kerikil tajam, atau orang yang kaya raya tapi kena penyakit diabetes. Analogi itu dalam kenyataannya menjadi seperti ini: sebagai presiden, Pak SBY punya status sosial yang tinggi, beliau menjadi orang nomor satu di negeri ini, dimanapun beliau berada pasti selalu dikawal ketat, dielu-elukan, dan dihormati. Ini terlihat di setiap penyambutan kedatangan beliau di berbagai tempat, bahkan di sepanjang jalan menuju tempat tujuan tersebut, beliau tak bakal menemukan banyak hambatan, terutama kemacetan, karena semua jalan yang akan dilalui beliau sudah disterilkan oleh petugas.

Demikian pula dalam hal fasilitas, sebagai orang nomor satu, negara memberikan fasilitas yang cukup untuk seorang presiden dan keluarganya. Mulai dari mobil hingga rumah dinas yang cukup apik dan megah, yang bernama Istana Negara. Belum lagi lawatan ke berbagai negara, yang menurutku cukup mengasyikkan. Akses informasi pun selalu terbuka lebar buat beliau, kecuali kalau pembantu-pembantunya memberikan informasi tak benar, atau yang demen pakai rumus ABS (Asal Bapak Senang).


Namun nyatanya, semua kenikmatan yang diberikan itu menjadi semu. Sebagai seorang presiden, Pak SBY memiliki tanggung jawab yang berat hingga ia tak bisa menikmati semua fasilitas itu dengan hati yang tenang. Salah membuat kebijakan bakal menuai kritik dan sumpah serapah orang satu negeri, malah negara juga bisa hancur. Bahkan, lambat dalam mengambil keputusan pun sudah menjadi cibiran orang dan menganalogikan beliau dengan kerbau. Padahal untuk mengambil sebuah keputusan beliau harus memikirkannya dengan matang, hati-hati, dan barangkali membuat beliau tak bisa tidur berhari-hari. Itulah sebabnya, mengapa menjadi presiden itu tak pernah bisa buat nyaman. Dan kantung mata Pak SBY pun makin tebal dari hari ke hari. Ajaibnya, orang-orang tak pernah kapok jadi penguasa.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More