Kemarin, 14 Juni sudah 39 tahun aku hidup dan diberi udara di Bumi ini. Bumi yang makin sumpek dan kualitas udara yang makin menipis. Aku lahir dari rahim ibuku di kamar depan rumahku, di malam buta, dibantu oleh seorang bidan yang sampai sekarang aku tak kenal dia, apalagi namanya. Terima kasih untuk ibuku yang biasa kupanggil Ma'e itu atas semua pengorbanannya dalam membesarkanku, yang tak bisa kubalas sampai kapan pun. Surga berada di telapak kaki ibu masih kuyakini sebagai petuah bagi seorang anak agar tak durhaka pada sang ibunda.
39 tahun telah kujalani hidup ini, rasanya baru lahir kemarin, waktu berlalu cepat tanpa mau menunggu atau paling tidak memperlambat putarannya. Kalau ditanya apa yang kuinginkan di hari lahirku itu, aku akan berkata "Kembalikan aku ke masa lalu, biar kutata hidupku agar lebih baik". That's impossible, kata batinku. Betapa inginnya aku punya mesin waktu, yang bisa membuatku pindah dari satu zaman ke zaman lain, membenahi hal-hal yang tak sempurna dalam hidupku.
Film-film Hollywood tentang mesin waktu sering membuaiku dan menenggelamkanku ke dalam angan-angan yang tak mungkin. Meski mesin waktu selalu hidup dalam anganku, tak berarti aku menyalahkan masa lalu. Masa sekarang pun patut aku syukuri, punya istri yang penuh pengertian, anak yang comel, merupakan anugerah terbesar yang tak ternilai. Mereka yang membuatku tegar. Hidup memang tak bisa sempurna, cuma Tuhan yang sempurna. Itu yang selalu kucamkan dalam akalku.
0 comments:
Post a Comment