Wednesday, May 5, 2010

MBAK SRI

Mbak Sri, panggilan akrabku untuk Sri Mulyani Indrawati akhirnya menjadi petinggi Bank Dunia. Hebat menurutku, berarti Bank Dunia mempercayai kemampuan Mbak Sri. Mbak Sri diangkat menjadi Direktur Pelaksana Grup Bank Dunia yang akan membawahi tiga kawasan di dunia, yaitu Amerika Latin dan Karibia, Asia Pasifik, serta Afrika Utara. Sebelum menjadi Menteri Keuangan, Mbak Sri juga pernah menjabat sebagai konsultan di USAid dan sebagai Executive Director Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group). Dia perempuan pertama dari Indonesia menduduki posisi itu.


Meski tidak memiliki kedekatan pribadi, kenal juga tidak. Bahkan Mbak Sri juga enggak tahu siapa aku dan aku juga bukan pengagumnya, ketemu juga belum pernah, cuma pernah melihat mobil dinasnya di jalan raya tol Jagorawi, cuma itu. Hanya saja, aku selalu salut buat orang-orang yang mampu mencapai sesuatu yang enggak (belum) bisa aku capai.

Mbak Sri orang pintar, orang cerdas, sekolahnya pun tinggi, dan besar di keluarga berpendidikan pula. Orang tuanya adalah pasangan Prof. Satmoko (alm.) dan Prof Dr. Retno Sriningsih Satmoko (alm.). Orang tua Mbak Sri merupakan salah satu potret orang tua yang sukses mengawal putra-putrinya menjadi orang hebat.

Prestasi Mbak Sri juga enggak kalah hebatnya. Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura. Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007. Jadi tak heran kalau Bank Dunia memilih Mbak Sri menjadi salah seorang pejabatnya.


Aku kenal Mbak Sri cuma dari tulisan-tulisannya yang kerap dimuat di Harian Kompas. Seperti pengamat ekonomi lainnya, Mbak Sri banyak menulis tentang kebijakan perekonomian di Indonesia, dan bagaimana sebaiknya kebijakan itu diterapkan di Indonesia. Semua opini yang disampaikannya (aku yakin) bertujuan untuk menjadikan perekonomian Indonesia jauh lebih baik dan setara dengan negara-negara maju lainnya. Meski untuk menerapkan kebijakan itu sulitnya minta ampun dan penuh konsekuensi. Dan inilah yang sekarang dialami oleh Mbak Sri atas kebijakan penanganan kasus Bank Century, hingga membawanya ke pusaran masalah yang tak ada ujungnya.

Bahkan aku tadi tertawa sendiri ketika membaca suatu berita di yahoonews.com. Salah seorang tokoh partai politik ada yang menyarankan agar Mbak Sri dicekal sebelum kasus Bank Century rampung. Lucunya, yang buat aku tertawa, tokoh itu juga seperti menuding pihak luar (mungkin Bank Dunia maksudnya) agar jangan ikut campur tangan atas kasus yang melibatkan Mbak Sri tersebut.

Aneh menurutku, sebegitu hebatkah pengaruh Mbak Sri atas Bank Dunia? Sebagai orang awam saja aku bisa mikir, Mbak Sri itu dalam kasus Century baru sebatas dimintai keterangan mengenai kebijakan atas Bank Century, belum dijadikan sebagai tersangka. Jadi kalau ada perintah cekal, terlalu berlebihan menurutku, lebay gitu loch kata anak sekarang. Dan Bank Dunia menilai seseorang itu lebih objektif. Takkan ia mau memilih pejabat yang koruptor untuk duduk di jabatan penting seperti yang akan dipegang Mbak Sri. So, let's stop thinkin' lebay, okey!

Menjadi salah seorang petinggi di Bank Dunia membuat aku yakin, kalau kebijakan Mbak Sri mengenai kebijakan keuangan dan perekonomian di Indonesia sudah menuju arah yang benar. Kalau enggak begitu, enggak bakal Bank Dunia menunjuk Mbak Sri menduduki jabatan prestisius tersebut. Itulah penilaianku sebagai orang awam.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More