Tuesday, May 18, 2010

TAKDIR

Di status jejaring sosial salah satu saudara sepupuku tertulis, "Janganlah Anda sedih terhadap sesuatu yang sudah berlalu sekalipun Anda sangat menginginkannya, ketahuilah bahwa hal itu tidak ditakdirkan kepadamu, seandainya ditakdirkan pasti milik Anda." Pernyataan yang bagus tapi perlu dicermati, takdir itu sebenarnya apa. Dalam status sepupuku itu aku beri komen, "Tapi kita juga harus berusaha agar keinginan itu menjadi milik kita. Takdir tak berpihak pada orang yang tak berusaha."


Manusia selalu berlindung di balik takdir ketika ia gagal atau berhasil. Saat melihat orang yang miskin, kita selalu berkata, "Sudah takdirnya ia hidup menderita dan miskin." atau ketika melihat seseorang dengan mobil mewahnya, kita akan berkata, "Dia sukses dan kaya karena takdirnya." Bahkan saat kita tak berjodoh dengan orang yang dicintai pasti selalu berkata, "Ini memang takdirku tak jadi menikahi dia, dan bukan jodohku, semua karena kehendak-Nya."

Takdir itu pada dasarnya tak serta merta dijatuhkan Tuhan dari atas langit. Takdir itu bukanlah hukuman yang harus dijalankan umat manusia di dunia. Usaha yang dilakukan manusia juga dapat menentukan takdirnya. Semakin keras usaha yang dilakukan manusia untuk mencapai cita-citanya akan semakin baik takdir yang akan diterimanya kelak. Tuhan tak akan menjatuhkan takdir yang buruk buat manusia itu jika ia berusaha keras dan tak menyalahi aturan-Nya.

Mendapatkan takdir yang baik pun tak akan pernah terwujud kalau cuma mengandalkan doa. Berdoa tanpa usaha sama juga bohong. Semuanya harus berjalan seiring, antara usaha dan doa. Seseorang jadi miskin karena ia malas bukan karena takdirnya, malas ini banyak macamnya, mulai dari malas bekerja, malas mendekati orang untuk membangun hubungan baik, malas belajar, dan sebagainya. Kalau ia berusaha keras paling enggak hidupnya tak susah-susah amat. Orang-orang yang sukses dan kaya bisa dipastikan adalah orang-orang yang rajin bekerja, pantang menyerah, suka belajar, dan rajin mendekati orang untuk diambil keuntungan darinya. Dalam buku "No Pain No Gain" secara tegas menyatakan, "Carilah teman yang menguntungkan dan memberikan manfaat bagi kemajuan diri." Pernyataan ini tak salah dan cukup rasional. Bahkan menurutku ini merupakan salah satu jalan menuju takdir yang baik tadi asal tak merugikan dan menyusahkan orang lain, serta tak melanggar aturan-Nya. Lantas apa sih takdir itu?

Dalam Wikipedia Indonesia, takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.

Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, seperti informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.

Untuk memahami konsep takdir ini, umat Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi yang dimaksud itu adalah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Dimensi ketuhanan merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir. Sedangkan dimensi ketuhanan merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.

Dari kedua konsep itu sudah jelas bahwa takdir manusia bisa ditentukan dari seberapa besar usaha yang dilakukan manusia untuk mencapai cita-cita dan tujuannya. Kita harus memahami konsep takdir dari kedua dimensi tadi. Percayalah, Allah tak akan menjatuhkan takdir yang buruk bagi kita jika kita berusaha keras dan tak melanggar perintah-Nya.

Aku sendiri menyadari, tak menjadi seorang kaya dan berkecukupan karena usaha keras yang kurang dan tak maksimal dariku, bukan karena takdirku. Kalau kita tetap susah padahal usaha keras telah dilakukan, ini perlu dipertanyakan pada diri kita sendiri, kenapa bisa begitu. Tentu ada yang salah dan tak sesuai aturan-Nya ketika ingin mencapai takdir yang baik tadi.


0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More