Wednesday, March 17, 2010

KEGILAAN MASSA

Budaya massa atau mass culture (cenderung) akan berubah menjadi kegilaan massa (mass insanity), begitu menurut pendapatku. Menurut Sapardi Djoko Pramono, budayawan dan sastrawan Indonesia, budaya massa sering terlihat sebagai perilaku meniru budaya asing atau barat atau juga Amerika. Jadi tak heran kalau budaya massa sering dikaitkan dengan bentuk-bentuk gaya hidup sebagai suatu pernyataan eksistensi seseorang dalam masyarakatnya. Lucien Fabre menyebut budaya massa sebagai menifestasi kehidupan emosional masyarakat pada periode tertentu atau biasa disebut sejarah mentalitas.

Secara faktual, dua teori yang dikemukakan dua pakar di atas memang benar adanya. Budaya massa yang menjajah masyarakat telah mengakar dalam alam pikiran suatu masyarakat. Bahkan masyarakat itu sudah menganggap kalau kualitas hidup mereka dapat ditentukan oleh apa yang mereka pakai atau kenakan.

Dewasa ini, dengan dibantu oleh media massa sebagai corong promotornya, budaya massa mampu diciptakan oleh seseorang yang berpengaruh dan terkenal. Apa yang dipakai orang itu akan menjadi hal yang trendy dan bakal diikuti oleh orang lain sebagai pengikut atau penggemarnya, sehingga terciptalah suatu budaya massa. Apa yang dikenakan David Beckham secara massal akan diikuti oleh para penggemarnya atau orang-orang yang mencintai ketrendian, mulai dari model rambut hingga aksesories yang ia kenakan.


Merek (merk) juga mampu menciptakan budaya massa. Orang akan rela antri berjam-jam demi mendapatkan produk Louis Vuitton terbaru meski harganya setinggi langit. Namun demi ketrendian dan tak dianggap kolot harga tak masalah meski harus menggesek kartu kredit mereka hingga jutaan.

Ketika orang sudah tak peduli dengan kondisi diri dan perilaku mereka tersebut, budaya massa akan mudah menciptakan suatu kegilaan massa. Coba Anda lihat konser-konsernya Michael Jackson dahulu, setiap penggemarnya akan teriak-teriak histeris mengelu-ngelukan sang bintang pop. Mereka tak peduli dengan perilaku mereka, hingga membuatku menganggap mereka itu gila. Mereka teriak-teriak, menjerit-jerit seperti orang kesurupan, memanggil-memanggil si Jacko sampai pingsan-pingsan, so weird.

Contoh kegilaan massa juga ditunjukkan pada hari Senin tanggal 15 Maret kemarin. Ratusan orang rela berdiri berbaris berjam-jam demi mendapatkan sebuah sepatu-sandal, Crocs, yang sedang diskon besar-besaran di Senayan City. Sepatu-sandal Crocs memang tengah dibanderol murah. Diskon yang ditawarkan pun sangat besar, mulai dari 15-70 persen dari harga awal yang bisa mencapai Rp 490 ribu. Bahkan sebuah hall di Senci yang terletak di lantai 8 (satu lantai dengan outlet Crocs), secara khusus disewa hanya untuk memuaskan hasrat para penggila sepatu-sandal berlogo buaya itu berbelanja. Antrian itu mengular hingga sampai lantai 5 mall itu. Demikianlah bagaimana dahsyatnya suatu budaya massa itu menciptakan suatu kegilaan massa, yang tak logis dan menyengsarakan diri. That's stupid-fool act.





Sumber gambar: detik.com

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More