Thursday, November 10, 2011

MEMAKNAI ZIARAH KUBUR

Ziarah kubur mengingatkan saya pada kematian. Saya jadi makin sadar, cepat atau lambat kematian itu akan datang. Dia akan menghampiri dan mengunjungi saya suatu saat nanti. Ziarah kubur juga makin mengingatkan saya kalau manusia itu tak akan pernah abadi. Bahkan, apa yang saya cari dan dapatkan di dunia ini tak akan ada yang menyertai saya di alam kubur nanti. Koleksi DVD yang sangat saya cintai pun tak akan bisa saya bawa ke dalam kubur, pasti akan saya tinggalkan di lemari.

Demikian pula dengan harta benda yang tak seberapa saya miliki itu, tak akan saya bawa pula. Kalau saya tetap ngotot membawa itu semua, seberapa dalam dan luas tanah kubur yang harus saya butuhkan. Lagian, kalau saya tetap ngotot, saya pun bakal disebut "sinting", untuk apa saya bawa DVD ke dalam kubur, memangnya di dalam sana saya bisa asyik-asyikan nonton bareng malaikat Mungkar dan Nangkir. Yang ada malah saya dicambuk habis-habisan karena suka melalaikan sholat.

Dalam alur pikir saya yang naif, saya pun suka memimpikan jadi seorang "Highlander", hidup abadi mengarungi berbagai zaman hingga ribuan tahun. Ada rasa ingin untuk hidup lebih lama, merasakan dunia di masa depan. Sering terbersit dalam pikiran, dunia ini bakal seperti apa di masa depan kelak. Rasa ingin tahu pun menyeruak sambil mengernyitkan dahi. Andai ziarah kubur tak ada dalam tradisi agama saya, pikiran dan keinginan naif itu pun akan terus bersemayam dalam otak saya.

Ziarah kubur membantu saya membunuh keinginan naif dan tak masuk akal itu. Melihat makam-makam orang yang sudah mati, membuat saya sadar kalau saya akan seperti mereka juga, kembali ke tanah dan menghadap Sang Kuasa.

Sayangnya, manusia (demikian juga saya) terkadang sulit untuk dekat dengan Sang Kuasa, walau mereka tahu, suatu saat akan dipanggil oleh-Nya.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More