Friday, November 11, 2011

SI NIXAU

Seorang teman saya, sebut saja namanya Nixau. Nama ini memang pas buat dia, apalagi tampangnya memang sangat mirip dengan tokoh idola saya dalam film "The Gods Must Be Crazy", namanya Nǃxau. Si Nixau itu memiliki dua kepribadian. Kepribadian pertama, dia suka cari muka, padahal mukanya tak kemana-mana, tetap di tempatnya. Dasar dia memang kurang kerjaan makanya dia suka cari-cari muka. Kepribadian kedua, pelit. Pelitnya memang gak sampai minta ampun. Saya sudah berkali-kali jalan sama dia dan saya hapal betul dengan gelagatnya kalau sudah tiba di depan kasir. Pasti dia pura-pura sibuk atau nungguin saya sampe di depan kasir duluan. Parahnya, dia anggap saya nraktir dia, ge-er banget kan. Kalau jalan sama dia memang harus kudu jelas kalau segala pengeluaran ditanggung masing-masing alias BMM atau bayar masing-masing. Kalau tak jelas dari awal, hmmm kesempatan dia buat menggerogoti kantong orang lain.

Tapi, kalau sama cewe yang dia taksir, dia akan berubah jadi sangat dermawan. Walau dompetnya kosong dia akan bela-belain gesek kartu kreditnya yang tak seberapa itu demi mengambil hati sang cewe yang dia incar.

Pernah satu kejadian, dia naskir cewe di kantor saya. Segala rupa hadiah dia belikan untuk sang cewe. Bahkan gajinya pun dia serahkan ke cewe itu, gila gak. Dia pikir sang cewe akan langsung jatuh hati padanya. Ternyata tidak, si cewe masih berpikir sepuluh kali untuk menerima cintanya.


Sejak penolakan itu, dia tak pernah menegur sang cewe lagi hingga saat ini, sampai keduanya sudah berumah tangga. Dan itu sudah berjalan hampir sepuluh tahun sejak insiden penolakan tersebut. Padahal mereka masih berada dalam satu gedung kantor lho. Gagal satu cewe, dia incar cewe lain, hasilnya sama. Namun, ada juga seorang cewe yang mau jadi pacarnya meski sangat singkat. Tiba-tiba pacarnya itu minta putus. Tapi syukurlah, akhirnya, dia menemukan tambatan hati, yang sekarang menjadi istrinya, meski awalnya sang istri tersebut tadinya hanya sebagai bumper buat manas-manasin mantan cewenya tadi. Kebetulan, si mantan satu kantor dengan istrinya itu. Tadinya cuma iseng, eh malah jadian, itulah jodoh.

Si Nixau sudah lama menjadi teman saya, sudah sekitar 10 tahun ini, lebih malah. Jadi, saya sangat paham betul dengan kepribadiannya itu. Bahkan teman-teman saya yang lain pun sudah tahu tabiat dan kepribadian si Nixau tersebut. Mereka sudah pada maklum juga dengan sepak terjangnya. Pokoknya, segala kebaikan yang Nixau buat (dicurigai) semuanya bermuatan "ada udang di balik batu", demi popularitas, pencitraan, dan cari muka, biar dapat puja-puji dan simpati dari orang lain. Demikianlah fakta yang ditemukan di lapangan. Apalagi kalau orang yang dia bantu itu punya kedudukan sosial yang tinggi, populer, dan dikenal dimana-mana, si Nixau pasti cari muka, biar ikutan populer gitu.

Saat ini, si Nixau lagi getol-getolnya mencitrakan diri di sebuah media sosial. Sudah setahun ini Nixau aktif di media sosial tersebut, apalagi namanya lumayan terkenal di jagad media sosial itu. Namanya selalu jadi headline. Namun, ada satu insiden lucu ketika suatu kali namanya tak nongol-nongol di headline untuk beberapa saat lamanya. Gerah dengan keadaan itu, Nixau pun buat akun baru, dengan nama orang lain.

Lewat akun silumannya itu, dia mempertanyakan keberadaan Nixau dengan segala puja-puji tentang si Nixau. Intinya, akun siluman tersebut merasa kehilangan si Nixau yang tak kunjung headline di media sosial tadi. Tragisnya, akal-akalan si Nixau ini ketahuan juga oleh seorang temannya yang lain, hingga tersebar di jagad media sosial tersebut. Nixau pun jadi bulan-bulanan dan olok-olok teman-teman mayanya. Tak tahan dengan semua itu, Nixau pun memberhangus semua tulisan-tulisannya di media sosial tadi, dan lenyap untuk beberapa saat.

Tak lama, Nixau nongol lagi, seperti tak terjadi apa-apa (muka tembok kali ye). Namanya pun kembali harum di jagad maya. Namanya pun headline kembali, seperti sedia kala (pulih ni ye). Nixau pun semakin mencitrakan dirinya kembali. Acara kopi darat selalu dilakukan. Nixau mencitrakan dirinya sebagai sosok yang sosial, ramah, gaul, dan dermawan. Padahal semua itu topeng. Teman-teman mayanya tak tahu siapa dia sebenarnya.

Kemarin Nixau ikut-ikutan bakti sosial. Dia pun mengajak seorang terkenal untuk mau turut serta dalam kegiatan tersebut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, kebetulan orang terkenal itu mau dan bersedia menyumbang beratus buku buat suatu sekolah di pedalaman. Tapi, orang terkenal itu bingung mau dikirim ke mana hasil sumbangannya tadi. Lagi-lagi, kesempatan untuk pedekate sama orang terkenal itu pun terbuka. Lewat twit-twitan di Twitter, Nixau berhasil mendapatkan nomor telepon sang orang terkenal. Nixau pun menawarkan diri buat menyampaikan sumbangan orang terkenal tersebut. Orang terkenal itu pun mengajak bertemu di suatu tempat.

Dengan semangat 45, Nixau bergegas ke tempat pertemuan tersebut meski konsekuensinya dia harus bolos kerja. Berkardus-kardus buku hasil sumbangan orang terkenal itu pun akhirnya berpindah tangan ke Nixau. Begitu bangganya Nixau menerima paket-paket itu meski dia kesulitan mengangkut itu semua. Apalagi Nixau tak punya kendaraan pribadi, dia cuma bisa ngandelin angkot ijo di kotanya. Mau tak mau, dia pun harus merelakan uangnya buat carter angkot ijo untuk mengangkut paket titipan orang terkenal tadi ke rumahnya. Sampai di sini, saya cukup salut dengan usaha dan pengorbanannya. Padahal saya tahu, itu tak lebih sebagai ungkapan cari perhatian.

Kini, Nixau kebingungan untuk menyampaikan hasil sumbangan orang terkenal tersebut. Kalau dia pos-kan paket-paket sumbangan itu, tentu membutuhkan biaya tak sedikit. Nixau tak rela juga mengeluarkan uang dari koceknya. Sedang si orang terkenal sudah lenggang kangkung entah ke mana. Dia pikir Nixau sudah mengatasi masalahnya. Akhirnya Nixau pun menghiba di media sosialnya, minta bantuan pada teman-teman mayanya, siapa yang bersedia membantu pengiriman paket-paket tersebut.

Sebaliknya, di lingkungan nyatanya, Nixau dikenal sebagai sosok yang tak peduli dengan teman. Ada teman sakit tak pernah dikunjungi. Ada teman yang tertimpa musibah, sumbangan yang diberikan pun ala kadarnya, itu pun diberikan dengan berat hati. Teman-temannya yang lagi dirudung duka cita karena kehilangan orang-orang yang dicintai pun tak pernah mendapat simpati dari si Nixau, apalagi empati. Jangankan memberi simpati, sekadar berkunjung ke rumah teman yang tertimpa musibah atau sakit pun dia enggan. Banyak saja alasannya, seolah dia hidup sendiri di lingkungan nyatanya. Ironisnya, Nixau juga tak punya hubungan baik dengan saudara-saudara kandungnya yang lain, terutama dengan salah seorang abangnya. Saya tahu betul masalah mereka apa, siapa yang salah di antara keduanya pun saya tahu. Itulah sosok Nixau yang saya kenal selama ini.

Di lingkungan kerja pun Nixau bukan orang yang serius, deadline yang diberikan padanya tak pernah tepat waktu. Pekerjaan yang diberikan pun dikerjakan dengan setengah hati. Dia lebih banyak nge-blog di media sosialnya, online, chatting, dan mengerjakan hal-hal yang tak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Demikian pula kalau diberi kesempatan overtime, waktunya selalu tak digunakan dengan baik. Tapi kalau menuntut hak-haknya di perusahaan pasti dia paling vokal dan nyaring, seolah dia orang yang paling qualified meski nyatanya nol besar.

Kalau ditegur selalu mengumbar beribu alasan, tampangnya pun makin asam. Malas kan jadinya kalau ngeliat tampang kayak gitu. Nixau lupa kalau bekerja itu buat anak-istrinya, buat keluarganya. Kalau anak-istrinya dicekoki dengan penghasilan tak halal, dia akan tanggung sendiri akibatnya. Sayangnya, dia tak pernah menyadari hal itu. Apakah pintu hatinya telah tertutup, hanya Tuhan-lah yang tahu.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More