Sampai sekarang saya masih sangat yakin, manusia itu sebenarnya tak ada yang jahat. Mereka bisa hidup dengan segala kebaikannya. Hanya saja, setiap manusia memiliki pengalaman yang berbeda selama proses kehidupan mereka berlangsung. Pengalaman hidup itulah yang mampu menciptakan manusia itu bisa jadi baik, jahat, atau buruk.

Demikian pula dengan manusia. Saat dilahirkan, manusia itu terlahir suci. Tak ada sebutir dosa pun yang melekat dalam diri seorang bayi. Seorang bayi bisa diibaratkan sebagai kaset kosong atau piringan cakram tadi. Sedang pendidikan bisa diibaratkan sebagai sebuah irama. Adapun 0rang tua si bayi dapat diibaratkan sebagai sang perekam. Kalau sang perekam menyimpan irama yang merdu maka akan merdu pula yang terdengar. Sebaliknya, bila yang disimpan irama yang sumbang maka akan sumbang pula irama yang terdengar.

Jangan pernah menyalahkan lingkungan, apalagi kalau sampai menuding pergaulan sebagai pemicu kenakalan atau kejahatan dalam diri anak-anak mereka. Sungguh bodoh kalau ada yang menuding pergaulan sebagai biang kerok atau sebagai kambing hitamnya. Belajarlah berpikir menggunakan logika. Pergaulan itu terdiri dari berbagai individu, andai terdapat individu yang rusak dalam pergaulan tersebut maka akan berpengaruh terhadap individu lainnya. Demikian efek berantainya.

Coba bayangkan, andai setiap keluarga mendidik dan melatih kedisiplinan anggotanya dengan baik sejak dini, tentu penyakit-penyakit sosial dalam masyarakat tak perlu ada. Seperti kata dokter saya, "Lebih baik mencegah daripada mengobati".
0 comments:
Post a Comment